Beranda | Artikel
Tanda Shalat Istikharah Dijawab oleh Allah – Syaikh Saad al-Khatslan #NasehatUlama
3 hari lalu

Pertanyaannya yang kedua berkaitan dengan hal yang banyak dibicarakan orang: yaitu tentang cara mengetahui pilihan terbaik dan tanda-tandanya setelah seseorang beristikharah. Sebagian orang mengatakan, misalnya: jika seseorang bermimpi, atau merasa cenderung pada pilihan yang lebih baik, atau justru merasa enggan terhadap pilihan yang tidak membawa kebaikan baginya. Lalu, apakah benar-benar ada tanda-tanda khusus, atau tidak?

Tandanya adalah: salah satu pilihan menjadi mudah, sementara pilihan lainnya tidak. Ketika seseorang beristikharah dalam suatu urusan, melangkah saja pada salah satu yang menurutnya lebih baik. Jika itu baik, maka Allah akan memudahkannya; jika tidak baik, maka tidak akan dimudahkan.

Adapun berkaitan dengan kecondongan hati, maka tidak ada hubungannya. Sebagian orang mengaitkan hasil istikharah dengan kecondongan hati, padahal kecondongan hati sering kali berhubungan dengan apa yang ada di pikiran seseorang pada masa lampau. Yakni apa gambaranmu tentang perkara itu di masa lalu.

Sehingga ketika beristikharah, kamu merasa condong atau tidak terhadap suatu pilihan sesuai dengan gambaranmu tentangnya di masa lalu, bukan karena hasil istikharah. Ini sering kali menimbulkan banyak masalah besar. Misalnya, ada seorang gadis yang dilamar oleh pemuda yang agama dan akhlaknya baik, tidak tampak padanya keburukan. Namun gadis itu berkata, “Sungguh aku telah beristikharah, tapi hatiku tidak dilapangkan untuknya.” Ini tidak benar. Karena masalah hati yang lapang atau tidak, bukanlah tanda jawaban atas istikharah, dan bukan pula petunjuk dari istikharah.

Namun, jika kalian sudah meminta saran, bermusyawarah, dan mempertimbangkan matang-matang, maka lanjutkan saja prosesnya; jika itu memang baik, pernikahan akan terwujud. Jika tidak baik, maka tidak akan terwujud, pasti ada halangan yang menghalangi terwujudnya pernikahan. Demikian juga dengan urusan-urusan lainnya.

Maka, mengaitkan hasil istikharah dengan kecondongan hati adalah sesuatu yang tidak benar. Seperti yang saya jelaskan, sering kali dapat menimbulkan banyak masalah besar. Betapa banyak anak gadis yang terlambat menikah karena hal ini? Setiap kali ia beristikharah, tentu ia akan menghadapi sesuatu yang baru, dan secara psikologis, manusia tidak suka menjalani hal yang baru. Sehingga ia merasa hatinya tidak menerimanya, lalu ia mengira perasaan itu adalah hasil dari istikharah. Tentu ini tidak benar.

Sebagaimana dikatakan sebagian ulama: “Jika kamu beristikharah, maka lanjutkan saja urusan itu. Jika itu baik, maka akan dimudahkan bagimu; jika tidak baik, maka tidak akan dimudahkan.” Inilah tanda dari hasil istikharah.

Adapun yang berkaitan dengan mimpi, apakah jika seseorang bermimpi — entah tentang melanjutkan atau mengundurkan diri — bolehkah dijadikan patokan? Ataukah sama seperti kecondongan hati tadi? Ini sama seperti kecondongan hati tadi, karena tidak semua mimpi adalah ilham dari Allah.

Mimpi terbagi menjadi tiga jenis: (1) mimpi dari setan, (2) bisikan jiwa, yang pada dasarnya berasal dari kecondongan hati seseorang sendiri, ia seharian memikirkan suatu perkara, lalu bermimpi tentangnya di malam hari, dan mengira itu adalah ilham dari Allah. (3) Ilham dari Allah. Perhatikan, ini hanya satu dari tiga kemungkinan.

Maka dari itu, ilham ini hanya dapat dijadikan kabar gembira atau peringatan saja. Tidak mengandung hukum syar’i apa pun, hanya sebagai kabar gembira atau peringatan. Dengan demikian, mimpi semacam ini bisa jadi berasal dari setan, bisa jadi bisikan jiwa, dan belum tentu ilham dari Allah. Bahkan jika itu ilham dari Allah, bukan berarti takwilnya seperti yang ia kira, maka jangan jadikan sandaran. Namun, seorang insan harus bersandar pada pengetahuan yang dimilikinya dan hasil musyawarah yang telah dilakukan. Lalu ia memutuskan untuk melanjutkan atau mengundurkan diri. Jika itu baik, Allah Ta’ala akan memudahkannya.

=====

سُؤَالُهَا الثَّانِي وَهَذَا فِيهِ كَلَامٌ كَثِيرٌ عِنْدَ النَّاسِ فِيمَا يَتَعَلَّقُ بِمَعْرِفَةِ الْخِيْرَةِ وَعَلَامَاتِ الْخِيْرَةِ إِذَا اسْتَخَارَ الْإِنْسَانُ بَعْضُهُمْ يَقُولُ مَثَلًا إِذَا تَرَى رُؤْيَا فِي الْمَنَامِ أَوْ يَشْعُرُ الْإِنْسَانُ بِمَيْلٍ بِمَا فِيهِ الْخَيْرُ أَوْ بِكُرْهٍ لِمَا لَيْسَ فِيهِ الْخَيْرُ فَهَلْ هُنَاكَ عَلَامَاتٌ مُحَدَّدَةٌ أَوْ لَا؟

الْعَلَامَةُ هُو تَيَسُّرُ أَحَدِ الْأَمْرَيْنِ وَعَدَمُ تَيَسُّرِ الْآخَرِ فَإِذَا اسْتَخَارَ فِي أَمْرٍ يُقْدِمُ بِمَا يَغْلِبُ عَلَى ظَنِّهِ فَإِنْ كَانَ خَيْرًا فَسَيَتَيَسَّرُ وَإِنْ كَانَ لَيْسَ بِخَيْرٍ فَلَنْ يَتَيَسَّرَ

وَأَمَّا بِالنِّسْبَةِ لِلْمَيْلِ النَّفْسِيِّ فَلَا أَثَرَ لَهُ بَعْضُ النَّاسِ يُعَلَِّقُ الِاسْتِخَارَةَ عَلَى الْمَيْلِ النَّفْسِيِّ الْمَيْلُ النَّفْسِيُّ أَحْيَانًا يَكُونُ مُرْتَبِطٌ بِمَا فِي ذِهْنِ الْإِنْسَانِ سَابِقًا يَعْنِي مَا هِيَ صُورَةُ هَذَا الشَّيْءِ عِنْدَكَ سَابِقًا

فَعِنْدَمَا تَسْتَخِيْرُ تَجِدُ نَفْسَكَ تَمِيلُ لِهَذَا الشَّيْءِ أَوْ لَا تَمِيلُ بِحُكْمِ الْخَلْفِيَّةِ السَّابِقَةِ وَلَيْسَ لِأَجْلِ الِاسْتِخَارَة وَهَذَا يَعْنِي قَدْ أَحْيَانًا يُسَبِّبُ إِشْكَالَاتٍ كَبِيرَةً يَعْنِي مَثَلًا بَعْضُ الْفَتَيَاتِ يَتَقَدَّمُ لَهَا رَجُلٌ مَرْضِيُّ الدِّينِ وَالْخُلُقِ وَلَيْسَ فِيهِ أَيْ عَيْبٌ ظَاهِرٌ وَمَعَ ذَلِكَ تَقُولُ وَاللَّهِ أَنَا اسْتَخَرْتُ وَمَا انْشَرَحَ صَدْرِيْ هَذَا غَيْرُ صَحِيحٍٍ لِأَنَّهَا مَسْأَلَةُ انْشِرَاحِ الصَّدْرِ وَعَدَمُ انْشِرَاحِ الصَّدْرِ هَذَا لَيْسَ بِدَلِيلٍ عَلَى الِاسْتِخَارَةِ لَيْسَ بِعَلَامَةٍ عَلَى الِاسْتِخَارَةِ

إِنَّمَا إِذَا سَأَلْتُمْ وَاسْتَشَرْتُمْ وَاسْتَقْصَيْتُمْ فَتُقْدِمُونَ إِنْ كَانَ خَيْرًا فَسَيَتِمُّ الزَّوَاجُ إِنْ كَانَ لَيْسَ بِخَيْرٍ فَلَنْ يَتِمَّ يَأْتِي عَائِقٌ يُعِيقُ إِتْمَامَ الزَّوَاجِ وَهَكَذَا أَيْضًا بِالنِّسْبَةِ لِبَقِيَّةِ الْأُمُورِ

فَتَعْلِيْقُ الْإِنْسَانِ نَتِيجَةَ الِاسْتِخَارَةِ عَلَى الْمَيْلِ النَّفْسِيِّ هَذَا غَيْرُ صَحِيحٍ وَهَذَا كَمَا ذَكَرْتُ قَدْ أَحْيَانًا يَتَرَتَّبُ عَلَيْهِ إِشْكَالَاتٌ كَبِيرَةٌ كَمْ مِنْ فَتَاةٍ تَأَخَّرَتْ فِي الزَّوَاجِ لِهَذَا السَّبَبِ؟ كُلَّمَا أَتَتْ تَسْتَخِيْرُ هِيَ سَتُقْدِمُ عَلَى شَيْءٍ جَدِيدٍ وَنَفْسِيًّا يَعْنِي الشَّيْءَ الْجَدِيدَ الْإِنْسَانُ مَا يُحِبُّ أَنْ يُقْدِمَ عَلَى شَيْءٍ جَدِيدٍ فَتَجِدُ نَفْسَهَا يَعْنِي غَيْرَ مُتَقَبِّلَةٍ فَتَظُنُّ أَنَّ هَذِهِ نَتِيجَةُ الِاسْتِخَارَةِ وَهَذَا غَيْرُ صَحِيحٍ

كَمَا قَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ يَقُولُ إِذَا اسْتَخَرْتَ فَأَقْدِمْ فَإِنْ كَانَ خَيْرًا فَسَيَتَيَسَّرُ لَكَ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ خَيْرًا فَلَنْ يَتَيَسَّرَ وَهَذِهِ هِيَ عَلَامَةُ الِاسْتِخَارَةِ

مَا يَتَعَلَّقُ بِالرُّؤَى هَلْ إِذَا رَأَى الرُّؤْيَا سَوَاءً كَانَ فِي الْإِقْدَامِ أَوْ الْإِحْجَامِ هَلْ يَعْتَدُّ بِهَا وَلَا مِثْلَ مَا يَتَعَلَّقُ بِالْمَيْلِ النَّفْسِيِّ مِثْلُ مَا يَتَعَلَّقُ بِالْمَيْلِ النَّفْسِيِّ لِأَنَّ يَعْنِي الْمَنَامَاتِ لَيْسَ كُلُّهَا رُؤًى

يَعْنِي هِيَ تَنْقَسِمُ ثَلَاثَةَ أَقْسَامٍ حُلْمٌ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَيْضًا حَدِيثُ النَّفْسِ حَدِيثُ النَّفْسِ بِمَيْلِ الْإِنْسَانِ أَصْلًا هُوَ الْآنَ طَوَالَ النَّهَارِ يُفَكِّرُ فِي هَذَا الشَّيْءِ ثُمَّ يَرَاهُ فِي اللَّيْلِ وَيَعْتَقِدُ أَنَّهَا رُؤْيَا الْقِسْمُ الثَّالِثُ الرُّؤْيَا لَاحِظْ أَنَّ الرُّؤْيَا هِيَ وَاحِدٌ مِنْ ثَلَاثَةِ أَجْزَاءٍ

فَلِذَلِكَ الرُّؤْيَا إِنَّمَا تُفِيدُ الْبِشَارَةَ أَوْ النَّذَارَةَ فَقَطْ وَلَا يَتَرَتَّبُ عَلَيْهِ أَيُّ أَحْكَامٍ لَا يَتَرَتَّبُ عَلَيْهِ أَيُّ أَحْكَامٍ شَرْعِيَّةٍ إِنَّمَا فَقَطْ الْبِشَارَةُ أَوْ النَّذَارَةُ وَعَلَى ذَلِكَ فَمِثْلُ هَذِهِ أَصْلًا قَدْ تَكُونُ حُلْمًا قَدْ تَكُونُ حَدِيثَ نَفْسٍ قَدْ لَا تَكُونُ رُؤْيَا قَدْ تَكُونُ رُؤْيَا لَكِنْ لَيْسَ هَذَا هُوَ تَأْوِيْلُهَا فَلَا يُعَوَّلُ عَلَى ذَلِكَ إِنَّمَا يُعَوِّلُ الْإِنْسَانُ عَلَى يَعْنِي مَا لَدَيْهِ مِنْ مَعْلُومَاتٍ وَاسْتِشَارَةٍ فَيُقْدِمُ أَوْ يُحْجِمُ وَالْخَيْرُ سَيُيَسِّرُهُ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ


Artikel asli: https://nasehat.net/tanda-shalat-istikharah-dijawab-oleh-allah-syaikh-saad-al-khatslan-nasehatulama/